“Pada Tanggal 10 Oktober 2015, saat semifinal piala presiden
antara Persib vs. Mitra Kukar yang berlangsung di stadion Si Jalak Harupat,
Soreang Bandung yang berkesudahan 3-1 untuk persib di Leg kedua. Sehingga
Persib lolos ke Final Piala Presiden. Mereka unggul agregat 3-2 dari Mitra
Kukar karena saat di kandang, Mitra Kukar hanya menang 1-0 atas Persib”. Jadi pembawa
berita Mas? Hahaha
Saat pertandingan selesai pukul 8 malam, kami berempat
berniat langsung pulang malam itu juga. Karena jalanan di area stadion
dibanjiri para Viking-sebutan suporter Persib-Kami mengantri untuk bisa keluar
dari area kemacetan ini.
Pukul 10 malam akhirnya kami bebas dari area macet. Kita
berangkat berpasangan, cowok semua dengan 2 motor matic dari tempat parkir
sekitar stadion, sebenarnya lahan untuk pertanian tapi mereka(warga) manfaatkan
lahan itu untuk mencari penghasilan dari jasa parkir. Mereka mendapatkan rezeki
sampingan bila Persib menjadi tuan rumah.
Jalanan di malam hari di kota Bandung lumayan lengang
dibanding sore. Kalau sore pasti macet di sekitaran jalan menuju Lembang
apalagi malam minggu seperti sekarang, Untungnya kami jalan pada malam hari.
Saat perjalanan menuju Lembang, suasana sunyi dan agak gelap
tapi masih ada lampu-lampu jalan yang masih bisa menerangi jalan, jalan yang
berkelok-kelok dan kadang naik turun persis naik turun bukit. Saya hanya
mengenakan satu lapis jaket dan satu syal yang saya beli saat di stadion.
Tubuh seperti hipotermia, gigi atas dan bawah saling beradu,
satu lapis jaket bahan tipis tidak bisa melindungi tubuh dari dinginnya udara
Lembang. “Saya menyesal tidak bawa jaket kulit saja atau bawa dua lapis jaket
saja biar tidak menggigil seperti sekarang” gumamku.
Teman saya yang di motor kedua mengalami gangguan, yang dibonceng
sepertinya ngantuk. Mau tidak mau harus menepi dulu di dipinggir jalan, Kami
mencari tempat yang ramai. Mendaratlah kami di sebuah rumah makan yang sudah
tutup hanya menyisakan lampu penerangan di pinggir jalan.
Kami istirahat untuk tidur sejenak sampai teman kami yang
tadi kembali segar. Kami berempat begantian ada yang tidur dan ada yang
jaga-jaga. Kami berdua berjaga-jaga sambil ngobrol dan yang lainnya tidur
dengan nyenyak.
Jam sudah menunjukan pukul 12 malam, di antara kami sudah segar
kembali. Kita bersiap-siap kembali berkendara.
Tanjakan emen yang legendaris, mengingatkan saya tentang
mitos tanjakan ini. Tanjakan yang berada di wilayah Subang ini penuh dengan
misteri. Banyak kecelakaan-kecelakaan terjadi disini. Lumayan bulu kuduk
merinding. Kanan kiri hutan jalan berkelok-kelok tanpa penerangan pula. Kami
mengandalkan lampu depan motor kami untuk menerangi jalanan yang gelap gulita
dan berhawa dingin ini.
Bila dari arah Subang menuju Bandung mungkin ini pas disebut
tanjakan Emen. Tapi bila dari Bandung ke arah Subang sepertinya bukan lagi
tanjakan tetapi turunan Emen. Tapi orang sudah familiar dengan tanjakan Emen di
banding turunan Emen.
Akhirnya kami selamat telah melewati daerah rawan
kecelakaan, tapi teman kami yang di motor satu lagi, kena penyakit ngantuk.
Kami langsung menepi di pinggir jalan yang ada penerangan jalannya.
Kami Istirahat berada di sekitar Cagak, Subang. Perut
lumayan keroncongan melihat diseberang kami ada penjual martabak. Sedari tadi
emang belum makan. Kami membeli martabak manis dan martabak telor. Kami lahap
martabak 2 jenis ini tanpa sisa. Jam 1 pagi masih ada pedagang, kami bersyukur
masih ada yang jualan.
Tidak ada air minum, kami mencari kios yang masih menjual
air minum. Kami berjalan ke depan dengan menggunakan motor. Tepat 500m di depan
kami menemukan penjual air botol. Kami beli air 4 botol ukuran sedang. Saya ucapkan
Terima kasih kepada penjual tadi, seorang pedagang jujur semoga hasil dagangnya
berkah. Maklum, saya sering mengalami masalah harga yang tidak wajar (getok
harga) bila membeli air atau makan nasi di saat perjalanan Bandung-Subang dan
sebaliknya.
Pukul 01.30 dini hari kami memulai petualangan kembali, kami
melewati jalanan yang sepi, seperti tidak ada kehidupan. Bila ada motor di
belakang tidak dikenal kadang rasa was-was ada, takut mereka mengikuti kita untuk
merampas motor kami, lalu mereka membunuh kami yang tidak punya senjata.
Begitulah yang berkecamuk dalam pikiran kami. Kami hanya berdoa saja agar
sampai tujuan dengan selamat.
Tiba di Wesel, Subang. Kami arahkan motor kami berbelok ke
kanan, ke arah Cirebon yang terpampang di plang. Kami arahkan menuju Bantarwaru
belok kiri tujuan Haurgeulis. Jalan pintas lebih dekat dan lebih aman menuju
Gantar (tempat tinggal kami) karena disana ada perbaikan jalan pastinya ada
petugas buka tutup jalan di banding melalui jalur Bantarhuni yang jaraknya
lebih jauh.Tapi saat ini jalan Bantarwaru sudah mulus sehingga tidak ada
petugas tutup jalan lagi. Jadi lebih reccomended lewat Bantarhuni bila suatu
saat nanti kami kembali perjalanan malam.
Pukul 03.00 pagi akhirnya kami sampai di Gantar Indramayu
dengan selamat. Tidak ada yang tertinggal dan tidak ada yang terbawa hehe. Terimakasih
Tuhan. Sehingga waktu pagi bisa beraktifitas kembali sedia kala. Walau agak
ngantuk-ngantuk di pagi itu.
mantab mas CV Tugu
BalasHapus